SUBANG, BEBASberita.com - Cuaca ekstrim masih terjadi di Kabupaten Subang dan menyebabkan pohon tumbang dan tanah longsor. Terkini, Bendung Salamdarma yang berlokasi di perbatasan Subang - Indramayu juga dikabarkan berstatus siaga.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Subang menyebutkan, pohon tumbang akibat hempasan angin kencang yang menyertai hujan deras terjadi di Jalan Raya Jalancagak, tepatnya di Blok Gamlung, Desa/ Kecamatan Jalancagak, pada Sabtu (8/3/2025) sore.

Pohon besar jenis Mahoni itu tumbang hingga menutupi seluruh badan jalan dan mengakibatkan lalu lintas terjaga. Proses evakuasi hampir memakan waktu 1 jam.

Sementara bencana tanah longsor terjadi di Kampung Mekarsari Rt 29 Rw 10 Desa Sagalaherang Kaler, Kecamatan Sagalaherang atau persisnya di jalur alternatif Sagalaherang - Batukapur - Curugagung, pada Jumat, (7/3/2025), pagi.

Petugas BPBD Subang tengah melakukan pembersihan material longsor menggunakan ekskavator. (foto: istimewa)

Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Namun material longsor yang menutupi badan jalan membuat kendaraan yang akan melintas harus rela mengantri menunggu proses pembersihan selesai. Proses pembersihan material longsor menggunakan ekskavator milik BPBD memakan waktu hampir 1 jam.

Informasi lainnya yang juga terkait dengan cuaca ekstrim tersebut, datang dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) yang menyebutkan kalau debit air di aliran sungai ke Bendung Salamdarma, meningkat sejak beberapa hari terakhir.

Gambar menunjukan ketinggian air di Bendung Salamdarma, hari ini Minggu, 09 Maret 2025. (foto: istimewa)

Berikut datanya:

Menanggapi hal tersebut, Kepala Pelaksana BPBD Subang, Udin Jazudin menghimbau kepada masyarakat untuk waspada.

"Himbauan pada masyarakat apabila ada kejadian bencana apapun segera lapor ke kami atau ke pemerintah setempat kalau perlu bantuan kami dan bantu juga kami buanglah sampah pada tempatnya sesuai dengan himbauan Pak Bupati. Salah satu cara untuk mencegah banjir itu hadapi dengan tenang, apabila panik itu justru sangat berbahaya untu keselatan kita," jelasnya.

Editor : G Purwantie