Kisah Tragis Raya, Bocah Malang dari Kab.Sukabumi Meninggal dengan Tubuh Dipenuhi Cacing

KAB.SUKABUMI, BEBASberita.com - Kisah tragis seorang bocah berusia 4 tahun bernama Raya asal Kabupaten Sukabumi yang meninggal dunia dengan tubuh dipenuhi cacing masih menjadi perbincangan hangat di masyarakat, khususnya di Sukabumi. Betapa tidak, bagi masyarakat disana derita yang dialami Raya adalah yang pertama ditemukan.
Seperti diketahui, bocah malang itu selama ini tinggal bersama bibi (adik dari ibunya) bernama Sarah (25) disebuah rumah semi panggung di Kampung Padangenyang, Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi.
Dalam suasana duka, BEBASberita.com mendapat kesempatan menemui Sarah di kediamannya. Saat berbincang Sarah tampak tak bisa menyembunyi kesedihan, terlebih kala mengenang masa hidup keponakannya itu.
Menurut Sarah, beberapa hari sebelum berpulang Raya masih terlihat bermain. Namun keesokan harinya dia mengeluh sesak nafas dan kemudian pihak keluarga membawanya ke dokter didampingin relawan dari Rumah Teduh. Dari hasil diagnosisnya, dokter menyebut jika Raya mengidap tuberkulosis (TBC).
Namun belakangan, setelah Raya dinyatakan meninggal, Relawan yang mendampinginya tersebut menginformasikan bahwa ternyata terdapat cacing seberat hampir satu kilogram di dalam tubuh Raya.
“Hari Jumat itu masih main, hari Sabtu dibawa berobat ke klinik, katanya paru-paru. Hari Minggu ke dokter anak. Tapi setelah meninggal baru tahu tubuhnya dipenuhi cacing,” ungkap Sarah, Selasa (19/08/25).
Sementara ibu kandung Raya, Endah (30), yang disebut mengalami gangguan mental hanya bisa duduk dengan tatapan kosong. Dengan suara lirih, ia bercerita bahwa selama ini tidak pernah membawa anaknya berobat ke puskesmas maupun rumah sakit.
“Kalau sakit cuma dimandiin air hangat, pakai daun singkong. Belum pernah ke rumah sakit,” katanya.
Endah menambahkan, Raya sering bermain di tanah sehingga tubuhnya kerap kotor. Hal ini diduga menjadi salah satu faktor penyebab infeksi cacingan yang parah.
“Suka main di tanah, dibiarkan saja. Katanya jangan sering digendong, nanti lumpuh. Jadi suka di bawah,” ucapnya.
Raya, anak perempuan yang meninggal karena penyakit langka dimana seluruh tubuhnya dipenuhi cacing, bahkan sampai ke otak.
Kabar ini viral setelah video perawatan Raya diunggah oleh akun relawan Rumah Teduh. Dalam rekaman berdurasi sembilan menit, terlihat kondisi kritis bocah malang itu saat dirawat di ruang ICU tanpa identitas kependudukan maupun kartu BPJS.
Kondisi miris tentang Kondisi Raya bermula dari cerita Iin Achsien, pendiri Rumah Teduh & Peaceful Land. Kejadian ini dimulai dari laporan kerabat Raya pada 13 Juli 2025. Awalnya kerabat hanya menyampaikan bahwa Raya sakit sesak napas.
Relawannya segera melakukan asesmen di hari yang sama. Saat tiba, kondisi Raya sudah tidak sadarkan diri. Penyakit cacingan akut yang diderita Raya baru diketahui setelah ia dibawa ke RSUD R Syamsudin Sh (Bunut).
"Kondisinya sudah drop, langsung dimintakan masuk ke PICU (Pediatric Intensive Care Unit)," kata Iin, Selasa (19/8).
Ketua Tim Penanganan Keluhan RSUD R Syamsudin SH, dr Irfanugraha Triputra menuturkan, Raya tiba di IGD RSUD R Syamsudin SH pada 13 Juli 2025 sekitar pukul 20.00 WIB dalam kondisi sudah tidak sadarkan diri. Dia dibawa menggunakan ambulans oleh tim relawan Rumah Teduh.
“Menurut pihak keluarga, sehari sebelumnya Raya hanya mengalami gejala demam, batuk, dan pilek,” ujar dr Irfanugraha.
Awalnya dokter menduga ketidaksadaran Raya disebabkan oleh meningitis TB atau komplikasi dari TBC paru. Sebab Orang tua Raya juga sedang menjalani pengobatan TBC. Namun dugaan itu berubah saat dokter melihat cacing keluar dari hidung Raya selama observasi di IGD.
"Kemungkinan tidak sadarnya ada dua, antara faktor TBC atau karena infeksi cacing," jelas dr Irfan.
Selain tidak sadarkan diri, kondisi vital Raya juga tidak stabil, terutama tekanan darahnya. Setelah penanganan awal untuk menstabilkan kondisi, Raya segera dirawat di ruang PICU (Pediatric Intensive Care Unit) setelah dikonsultasikan dengan spesialis anak.
Selama perawatan, kondisi Raya tidak membaik. Menurut Irfanugraha, infeksi cacing gelang (ascaris) yang dialaminya sudah sangat parah dan menyebar ke organ vital, seperti paru-paru dan otak.
Dia menjelaskan, keluarnya cacing dari hidung menandakan bahwa cacing sudah menjalar hingga saluran pernapasan atau saluran pencernaan bagian atas.
"Ini cenderung terlambat. Cacingnya sudah banyak sekali di dalam pencernaan dan sudah berukuran besar-besar," terang dia.
Kondisi ini membuat penanganan medis menjadi sangat sulit. Raya menghembuskan napas terakhirnya pada 22 Juli 2025 pukul 14.24 WIB, tanpa sempat dipulangkan dari rumah sakit. Raya meninggal di RSUD R Syamsudin SH setelah dirawat selama sembilan hari.
Iin Achsien sempat bercerita saat berusaha menyelamatkan Raya, timnya dihadapkan pada kendala besar.
Raya tidak memiliki identitas. Pihak rumah sakit memberikan kesempatan 3x24 jam untuk mengurus BPJS PBI (Penerima Bantuan Iuran) agar biaya perawatan bisa ditanggung pemerintah. Meskipun dalam perjalanannya, perjuangan mengurus dokumen tersebut menemui jalan buntu. Karena kondisi orang tuanya dengan gangguan kejiwaan (ODGJ).
"Kita langsung ke Disdukcapil, diarahkan ke Dinas Sosial karena orang tuanya ada keterbelakangan mental. Dari sana diarahkan ke Dinas Kesehatan, dan akhirnya Dinas Kesehatan angkat tangan," jelasnya.
"Waktunya sudah habis 3 hari berturut-turut, tidak ada tanggapan apapun," tambahnya.
Akibatnya, tenggat waktu dari rumah sakit pun terlewat. Meskipun hubungan dengan RSUD Bunut sangat baik dan rumah sakit telah memberikan kelonggaran biaya selama tiga hari awal, aturan tetap harus dipatuhi.
"Kami alihkan status perawatannya menjadi tunai, ditanggung oleh Rumah Teduh," kata Iin.
Iin menyebutkan total tagihan perawatan Raya mencapai Rp23 juta lebih, yang akhirnya mendapatkan diskon dan sisa tagihan dibebaskan setelah pembayaran awal.
Kepala Desa Cianaga, Wardi Sutandi, meberikan penjelasan lebih dalam mengenai kondisi keluarga Raya. Dia membenarkan bahwa kedua orang tua Raya mengalami gangguan jiwa (ODGJ), sehingga pengasuhan terhadap Raya kurang optimal.
"Anak itu sering main di kolong sama ayam karena rumahnya panggung. Anaknya untuk jalan juga agak lambat, terus dia punya sakit demam. Sudah diperiksa ke klinik terdekat, ternyata dia punya penyakit paru," kata Wardi.
Wardi menjelaskan bahwa pemerintah desa sudah berupaya maksimal untuk membantu keluarga tersebut.
"Desa sudah berusaha semaksimal mungkin. Ada bantuan dari pemerintah, baik dari Dinkes maupun dari DD (Dana Desa). Bahkan sempat sehat anak tersebut, timbangan naik karena dikasih PMT (Pemberian Makanan Tambahan) yang ada setiap hari," ungkapnya.
Dia juga menambahkan bahwa rumah keluarga tersebut sempat hancur dan dibangun kembali oleh warga dan pemerintah desa. Ironisnya, karena faktor ODGJ, alas rumah panggung mereka sempat dirusak menjadi bahan bakar untuk memasak.
Menurut Wardi, keluarga Raya tidak langsung membawa bocah itu ke rumah sakit saat kondisi memburuk.
"Mungkin mereka tidak menyangka kalau Raya sudah dalam keadaan sekarang itu," katanya.
Dia baru mengetahui kondisi parah Raya setelah berita viral dan langsung berkoordinasi dengan Rumah Teduh untuk pemakaman.
Editor : Igoen Josef
TERPOPULER





